Seorang teman saya tiba-tiba bilang "Gue pengen jual mobil gue."
"Lah kenapa?" Saya tahu dia tidak dalam kondisi BU atau Butuh Uang. Pun dia bukan tipe orang yang suka gonta ganti barang.
Dia senyum sedih. "Abis, setiap gue bawa mobil itu, inget si Itu."
Baiklah, saya ceritakan sedikit tentang si Itu. Jadi teman saya membeli mobil itu untuk dipakai jalan-jalan bersama si Itu. Supaya si Itu tidak kepanasan, tidak kena debu, dan kalau pergi kondangan bareng, bajunya tidak kusut. Oh iya, teman saya ini laki-laki. Nah, dia dan si Itu, putus beberapa bulan yang lalu. Rasanya semua orang jadi saksi gimana kejadian itu sedemikian buruknya mempengaruhi dia.
"Makanya gue pengen jual tuh mobil, beli mobil baru, kali nanti yang ngikut juga baru." Katanya lalu ketawa keras-keras, sebagian sih saya rasa untuk menutupi luka yang masih menganga sebagian. Saya sih ikut-ikut ketawa aja, biar mood dia enak dan lupa bahwa tadi dia baru saja membuka sedikit memori tentang si Itu.
Saya sih bukan tipe orang yang membuang barang-barang dari orang yang sudah diberi label 'masa lalu'. Atau menggantinya, seperti kasus teman saya. Paling banter saya simpen dalam 'kotak kenangan', kotak di sudut kamar yang memang khusus saya jadikan tempat menyimpan barang-barang yang sudah dilabeli masa lalu. Buku harian jaman SMP, surat cinta monyet dari anak kelas sebelah, foto-foto jaman dulu yang bikin saya pengen ketawa ngeliatnya. Semua ada disana, suatu saat kalau saya kangen, saya buka, lihat dan ketawa-ketawa sendiri. Surat cinta monyet itu, misalnya, waktu saya dapat surat itu rasanya kaki lemes loh! Sekarang baca kata-kata yang tertulis aja perasaan nyampur antara geli, jijik, dan konyol. Atau surat labrak-labrakan gara2 rebutan cowok. Eww.
Tapi, ketika memori sudah bisa menjadi komedi, akan lebih menyenangkan untuk dirasa bukan?
Teman saya yang lain, kali ini perempuan, pernah cerita dia baru saja nangis sampai muntah karena ingat mantan pacarnya. Bayangin, nangis sampe muntah gimana rasanya? Kayaknya saya nggak mau tau. Teman saya yang lain punya momen-momen sendiri untuk 'mengenang' mantan pacarnya -walau dia sudah mo kawin sekarang- dan kalau momen itu sudah datang, dia bisa cranky pangkat sembilan! Saya nggak mau pura-pura nggak pernah segitu mellownya. Saya juga pernah nangis sampai ketiduran :p Saya juga punya kenangan-kenangan yang kalo bisa dijual (kaya mobil temen saya), pasti bakal saya jual. Rasanya setiap orang pasti punya kenangan-kenangan yang mereka harap bisa mereka hapus, tapi tidak bisa. It just stick in your head. Sometimes comes up without a warning sign and influence us in some way. Maybe sadness, anger, disappointment, joy, laugh, embarrassment, tears.
Well, poin saya adalah, beberapa memori yang menyakitkan akan menyenangkan, dan beberapa memori yang seharusnya menyenangkan akan menyakitkan ketika tiba-tiba berputar lagi di kepala kita. Semua tergantung waktu, apakah datangnya tepat atau tidak. Dan memori, sedikit banyak, define who we are right now, don't you think?
-Memory is a way of holding on to the things you love, the things you are, the things you never want to lose-
No comments:
Post a Comment