Pages

Saturday, December 1, 2012

Love From Karimun Jawa


Too lazy to upload all photosss,.. :D just enjoy the video

Friday, November 23, 2012

Behind The Scene of a Behind The Scene Videos

Pretty confusing, ha? 

Jadi, saya kerja part time untuk Olivia Jensen as a content editor. You can ask google if her name doesn't ring a bell. Sebagai content editor,... I edit, uh, pretty much anything. :)))) Foto, video dan juga bikin artikel dari cerita-cerita Olive. She's a nice person and, although I have no experience at writing and photo editing whatsoever, it turns out I enjoy the work. I like the 'trying' part. I like the ideas of 'i can do this'.

Lalu, Olive asked me to make a "Behind The Website" video. Semacam self-promotional, yang intinya nyeritain tentang website itu. Apa aja yang dia akan share, siapa aja yang akan terlibat, dsb. Pertamanya saya ragu. I NEVER make something from zero. I never make a script, I never being a producer, or director, professionally. I'm just this video editor girl who enjoys her work by seeing the world through the monitor, sitting in a chair in an air-conditioned room, feeling comfortable and all. BUT TO MAKE ONE, geez. 

So it happened. I made the script with Olive (she was reaaaallly helpful), I was looking for the properties, I surveyed the location, I managed the schedule. WHOA I produce. (And uh, forgive me fellow producers, apparently being a pain in the ass is the job desk of a producer :P) Saya juga ngajak Kaka Rudy, DOP andalan saya yang baik banget ngebantuin sampan proses color grading.

First try as a director? Uh, saya bahkan ragu apakah saya ngedirect. I mean, i look for the references and telling Kaka Rudy what I want to shoot, but I still doesn't feel it. Untungnya Kaka Rudy is one hell of a DOP, he gave me a difficult choices when I edited it. 

Saya puas dengan hasilnya. Frankly I never thought I could make something like this. :)







I hate taking photos with Olive. She made me look,... average. :|


Tuesday, November 20, 2012

Hello Blog

Long time no see, eh?

I have soooooooo much to tell you about. Just don't have the time to fill in.

1. Now I work part time as a content editor for www.olivia-jensen.com. At this moment it's still on progress, but soon will be published. This month, I think.

2. Part of that work, I have to direct my very first video. It's a self-promotional video. LIKE I HAVE A CLUE. Hell, I never once in my life wished to be a director someday. And boom, it happened. A director, producer, and also scriptwriter. And it turns out,... not bad. I can say it's pretty good for a first timer. Now I sound like I'm complimenting myself. I'm gonna tell you the details, later. When I get the chance to write this blog again.

3. My trip to Karimun Jawa. I've got a plenty of beautiful photos. Like before, every trip with my boyfriend seems like a trip to make pre wedding photos. But it's not. Guess we're just love being a lovey dovey in from of the camera. The photos? Later.

4. My trip with boyfie to Bromo - Sempu. We'll going there on December 6th. Expect photos. :)

See ya soon. Work already calling. Boohoo :'((((

Sunday, September 2, 2012

Now also a writer





Saturday, July 28, 2012

L.D.R

Ah, begitu melihat judul diatas beberapa orang pasti akan langsung berpikir 'such a cliche'. Sure, sure, it's such a cliche. Bahkan sebelum saya menjalani ini saya pikir saya sudah tahu apa-apa aja yang bakalan terjadi. Paling kangen. Terus apah? Tinggal ketemu. Simple siiik, gak usah dibikin ribet. Apalagi si pacar, yang waktu itu masih calon pacar, terus-terusan meyakinkan bahwa jarak Jakarta-Bandung nggak jauh-jauh amat. 

Sebagai seseorang yang pernah menjalani hubungan overly attached, saya berpikir mungkin hubungan Long Distance memang sebuah jawaban. Saya nggak perlu mikir heboh gimana caranya menyesuaikan social gathering, work dan romance supaya nggak tumpang tindih di waktu yang sama sehingga saya seenggaknya juga punya 'me time' untuk beresin kamar, leyeh-leyeh nonton DVD atau menikmati indahnya dunia dengan spa selama tiga jam dilanjutkan dengan makan ayam penyet cabe ijo di Tebet. Pacar pun sepertinya baik-baik saja dengan fakta bahwa di antara saya dan dia ada jarak 130 km yang membentang.

Di awal hubungan saya (dan pacar) sudah menyetting beberapa ground rules untuk menyikapi si jarak. Begini, jarak ini sudah ada sejak awal, jadi jangan sampai kalah. Kalau kalah, cemen. Diantaranya, tentu saja : komunikasi. Itu hape nggak boleh sampe mati. Kalo mati, siap-siap diambekin. Yang lain, mengatur waktu ketemuan per bulan. Pacar sih waktu itu bilangnya mau ketemuan tiap weekend, tapi yang realistis aja deh, saya ini kan harus bersaing dengan keluarga, teman-teman, pekerjaan dan sepakbola ya, jadi mana mungkin juga ketemu tiap minggu? Deadline saya juga kadang-kadang suka posesif, jadi daripada maksa dan akhirnya cuma bikin kecewa, maka kami sepakat ketemuan dua kali setiap bulan. 

Tapi itu semua teori. 

Jakarta-Bandung emang cuma seloncatan travel, naik di Jakarta lalu turun di Bandung sana, atau sebaliknya. Tapi kan banyak faktor lain yang bikin loncat jadi berat. Duit, misalnya. Waktu, lainnya. Saya pernah begitu menyumpah kepada jarak karena si pacar lagi sakit, banyak pikiran, dan di rumahnya nggak ada orang. Dan itu weekday, saya punya pekerjaan. Jakarta-Bandung yang cuma seloncatan travel pun jadi nggak simpel lagi. Tentu saja dia mengerti, tapi buat saya ngomong 'sabar ya' itu nggak cukup kalo nggak ada tindakan apa-apa. Padahal kan ya saya cuma mau meluk, letting him know everything is gonna be alright. Tapi mau gimana, JAUUUUH. 

Ini muka capek lagi nunggu loncat dari travel Jakarta buat balik ke Bandung :( 

Normal dating? Hmph. Simpel kan ya : jalan, makan, nonton. Intinya ini agak susah dilakukan saya dan pacar karena toh akhirnya setiap ketemuan di weekend akhirnya kami terlalu malas untuk keluar dan akhirnya cuma ngobrol-ngobrol di rumah selama,... tiga hari. 

Kelamaan nggak ketemu juga bikin cranky. Ini nggak cuma saya karena saya cewek, tapi dia juga gitu. Masalah-masalah nggak penting terus jadi beranteman karena kelamaan nggak ketemu, tipe berantem yang kalo hadap-hadapan tinggal dipeluk langsung kelar, tapi kalo lewat telepon? Selamat bermain dengan kata-kata yang kalau salah diucapkan sedikit saja malah bikin masalah jadi tambah riweuh. 

Terus saya pikir saya udah pernah ngerasain segala jenis kangen jadi akan cukup dewasa untuk menantang jarak. But love brings out the child in you eventually.  Pernah kangen, kangen banget sampe ngeliat video dia ketawa-tawa aja bikin mewek? Saya pernah. Tentunya saya nggak bilang dia, nanti dia geer. Pernah kangen, kangen banget tapi pas ketemuan akhirnya ceng-cengan ga genah dan cuma bisa steal a goodbye kiss padahal sih ya mah pengennya,... *i leave it up for your imagination* :p

Saya kangen bego-begoan,...

Beberapa waktu sebelum saya menyetujui hubungan jarak jauh ini, seorang teman pernah bilang ke saya "Percaya sama gue, Kar, LDR itu nggak akan berhasil,..." Dia baru saja pisah karena LDR. Pastinya dong, sebagai manusia yang dikaruniai curiga dan sarkasme berlebih saya punya banyak pikiran negatif. Nggak perlu saya jabarkan disini karena semua insan dunia perLDRan saya yakin punya pikiran buruk yang sama. Tapi teman saya yang lain pernah bilang "Isn't it life, to take a free fall? You're a control freak, you can control everything but if it doesn't meant to be it'll ruin anyway." 

Jadilah saya mengacuhkan saran based on experienced teman pertama dan memutuskan untuk jatuh. Jatuh pasrah kepada kehidupan. Jatuh pasrah kepada entah apa yang saya kurang tahu akan saya hadapi nanti. Jatuh cinta. And note this : I'm afraid of the height.

I take it anyway.

Rasanya? Ya gitu deh. Kalau kata pacar saya mah "Nggak bisa dijelaskan dengan kata-kata karena punya sejuta makna" padahal cuma males aja ngejabarin rasanya. Why don't you try yourself? At least if something bad happened, you have his hand to walk you through. And that what makes all this worth. Each other's presence in each other's heart. 

Cipularang. Jakarta - Bandung.

Tuesday, June 26, 2012

The Birthday Boy


Today is my BF's birthday.
A person that share his life (so he said) with me in the last two months.
Also made plans with me and hold my hand gently to the future. Keep my faith and trying his best to walk there. 
In some mornings in a month, the first person I look when I awake. Although it's pretty creepy to know he sometimes stared at me when I sleep.
My check-in person, to know where I am, who i am with, what the hell am I doing and when will I get home.
Kinda childish at some times, but can be a grown up when I need it.
And maybe a little narcissistic individual.
A possessive guardian who will be upset every time my phone made a sound, even it was just from the SIM card provider.
Those head is stubborn, he won't do a thing unless he feels he need to. 
Never get tired to remind me to have a normal life, while he's not even practicing it. Either love me more than himself, or simply an ignorant person.
Sometimes too kind he can't tell which is pure and which is not.
He think he's clever, but surely not more than me.
Young, dynamic, enthusiast soul who'll jumped out when he see something interesting. Get drawn easily and think later. 

This is my man.

Who just ask for a call out of the blue and said :
"Kita married tahun depan ya. Abis aku lulus, kita married. Nggak usah takut aku nggak punya pekerjaan tetap. Nggak papa kan kalo aku freelance dulu yang penting aku bisa punya penghasilan,..."
"Ha? Apa sih nih kok tiba-tiba?"
"Aku nggak mau kehilangan kamu, De. Udah cukup banyak aku kehilangan temen aku. Temen-temen di Lunar, temen-temen SMP, SMA, belom lagi temen-temen di jalan. Aku nggak mau kehilangan kamu juga."
"Iya, iya."
"Ya mau ya? I love you."
"I love you too."

Well, it's his birthday so I guess he's pretty knocked out. He said "I love you" eight times. 

You already know my prayer.

Happy birthday, Boy. :)

Tuesday, June 12, 2012

When The 'Get The Job Great On Time' Is Not Enough

Meja harus bersih. Masuk harus jam sepuluh pagi. Pulang harus jam enam sore. Makan siang jam dua belas sampai jam satu siang, lewat dari situ ya derita lu. Harddisk nggak boleh berserakan di meja. Dilarang sidejob di kantor. Kunci dipegang secara bergantian.

Jadilah, jam delapan pagi saya sudah nangkring di kantor saya di negara Cina. Ups, Pluit. Kebetulan hari ini giliran saya memegang kunci, dan saya begitu parno takut telat lantas teman-teman nggak bisa masuk, sampai-sampai bangun dan datang kepagian. 

Peraturan baru ini cukup membuat saya merasa seperti ada nyamuk mengelilingi saya : risih. Selama saya bekerja sebagai editor di industri kreatif (yah, baru sekitar enam tahun sih) saya biasa bekerja dengan aturan "Get the job done great on time". Dan tidak sekalipun, dimanapun, saya langgar aturan itu. Saya merasa tidak bisa mengejar deadline, job saya tolak. Saya merasa tidak bisa membuat hasilnya bagus, saya diskusikan gimana baiknya. But I never crossed the line.

Pada dasarnya hampir semua perusahaan yang mempekerjakan karyawan in-house pasti punya peraturan mendasar ya kan. Semasa di O Channel dulu saya terbatasi aturan shift, tapi dibebaskan mengambil shift mana yang saya suka, selama waktu absen 9 jam. Kurang dari itu, nggak dapet uang makan. Oh well, saya sih sebodo amat dengan uang makan yang cuma dua puluh lima ribu rupiah kalau terpaksa meninggalkan kantor karena side job. Satu aturan saya, saya akan menyelesaikan pekerjaan saya dulu dan tidak akan membebaninya ke teman-teman editor lain. 

Awal-awal pindah ke ESA Multi Media, saya harus datang jam sepuluh pagi. Pertama menjalaninya saya cukup merasa kesulitan, karena bangun pagi lalu mengawali hari dengan macet itu rasanya menyebalkan sekali. Pulang jam enam sore lalu mengakhiri hari dengan macet, lebih-lebih lagi. Buntutnya saya selalu merasa capek setiap sampai  rumah, padahal kan kerjaan saya sama, duduk depan monitor. 

Sekarang tiba-tiba ada aturan-aturan perintilan macam ini. Duh. Oke meja saya berantakan, tapi coba dong liat kerjaan saya, berantakan ngga? Keharusan membersihkan komputer karena 'lack of sense of belonging', duh, iMac saya dirumah aja, saya lupa kapan terakhir bersihin. Dan lalu apa? Dilarang side job di kantor karena tuduhan mencuri waktu dan menggunakan alat kantor? Here, kerjaan kantor saya hampir selesai padahal makan siang saja belum mulai, what do I supposed to do, slower my speed?

Skill saya maju enggak, malah mundur nih kalau begini caranya.

Lalu apa? Kalau nggak suka, silahkan keluar? Oh tentu. Hidup saya nggak ngeluh melulu kok. Tapi kembali lagi, manusia kan punya plan masing-masing. Yasudahlah, namanya juga dirubung nyamuk. Kalo ganggu, tepok aja.

Saturday, June 9, 2012

Looking back at good old days


Hari Jumat kemarin saya ketemu Gilang & Sonya di Sency. Apalagi kalau  bukan gosip-gosip dan curhat-curhat kecil sambil makan Sushi. Kalau dulu jaman di O Channel bisa seminggu sekali kami nangkring di Sushi Tei, saya bahkan sudah ngga ingat kapan terakhir kali kami nongkrong yang bener-bener bertiga. Sejak resign Februari tahun lalu, Sonya pindah kantor di Bekasi, saya pindah kantor ke Pluit, Bekasi-Pluit itu ujung sama ujung jadi ga bisa ketemuan di tengah-tengah. 


Anyway, ga ada yang bener-bener berbeda dari diri masing-masing setelah setaun lebih ga ketemu bertigaan. Kita masih suka ngomongin orang, masih suka ngerjain mba-mba Sushi Tei. Dan topik gosipnya ya ngga jauh-jauh dari temen-temen O Channel. :p Sonya curhat tentang peristiwa putus dia yang terjadi baru-baru ini, Gilang curhat tentang Wanita Idaman Lain suaminya yaitu Ghaida JKT48, Doooh. Dan belum sempat saya curhat (padahal sih ga ada yang mau dicurhatin) Sonya udah ngacir untuk nonton Madagascar bareng temen-temen Gerejanya (yep, dia masih sembarangan)


Setelah nyushi, saya dan Gilang memanfaatkan voucher Starbucks saya. Dan lagi-lagi cuma saya dan Gilang. Setelah beberapa obrolan, suami Gilang dateng, pacar saya dateng, dan Sonya balik lagi. 


"Aduh kok masih pada ngerokok aja sih, berhenti dong." Kata Sonya ketika saya membakar rokok.  


Kalimat itu memicu nostalgia. Saya ingat bagaimana dulu Sonya menghembuskan asap cims ke hidung saya setelah lelah ditolak saat memaksa maksa. Saya ingat Sonya mengajak saya ke dalam mobil penuh dengan asap cims ketika dia dan anak kantor sebelah melakukan ritual 4.20nya. Sonya paling bawel kalau senja sudah tiba, mencari saya atau Gilang, untuk menemaninya mengejar matahari terbenam, lagi-lagi sambil ngecims. Belum lagi ledekan teman-teman kameramen Anak Panti karena kami bertiga, sama-sama punya rambut pendek dan nyaris selalu bertiga. :)


Ah, those good ol' days.



Wednesday, June 6, 2012

Wednesday, May 30, 2012

FLOAT2NATURE



 VIDEO CREDITS:
Producer: Yudha Hari Radithe
Director: Angga Anggur
Director of Photography: Deska Binarso
Assistant Director: Hamam Firdaus
Editor: Karnia Sarindra
Colourist: Aditya Adinata
Production Driver: Ucup
AUDIO CREDITS:
Song: "Ke Sana" (Hotma Roni Simamora)
Performed by: Float
Hotma Roni Simamora: vocals, acoustic guitar
Timur Segara: drums
Leo Christian: bass
David Q Lintang: electric guitar
Iyas Pras: keys
Recorded, Mixed, Mastered at Pepperland, Jakarta.

Tuesday, May 22, 2012

Ey Look! Ancol, My Personal Story (Riri Riza)






Client : PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk
Duration : 02.00.00
Producer : Andina Retriani
Director: Servo 'AVO' Caesar Prayoga
Asst. director : Diyan Surya
Scriptwriter: Fitria Napiz
Director of Photography : Rudy Satria Iskandar
Asst. D.O.P : Catur Rizky & Ditto Astaman
Editor: Karnia Tantri Sarindra
Colorist & Motion Graphics: Sakti Marendra
Music Composer: Fiqih Anggoro & Dini Budiayu
Line-Producer: Slamet Kuswanto
Unit: Ugit
Runner: Yono
Still Photographer: Rully Anto
Thanks to:
Riri Riza & family
Well guys, i hope to work together in the future!
Copyright©PT Pembangunan Jaya Ancol,Tbk, 2012.All Rights Reserved.
ancol.com

Friday, April 20, 2012

This isn't what i want, but I'll take the high road.
Maybe it's because I look at everything as a lesson.
Or because i don't want to walk around angry.
Or maybe it's because I finally understand.
There are things we don't want to happen, but have to accept.
Things we don't want to know, but have to learn.
And people we can't live without, but have to let go.

-Criminal Minds, S06E02-

twenty five



Ugh. I'm twenty-five. Already.


Di awal 20an saya pikir di umur segini saya akan punya penghasilan cukup, sebuah rumah yang bagus, mobil, dan tentu saja sedang mempersiapkan pernikahan. Ibu saya menikah di umur 25 dan saya semenjak kecil sudah menetapkan dalam hati, saya juga akan.

Hari ini saya cuma bisa bilang saya sudah punya penghasilan yang cukup, Alhamdulillah, tapi seberapa cukup sih 'cukup'? Cukup itu sendiri seperti karet gelang, mengikuti objek benda yang dikitarinya. Boro-boro rumah, mobil pun saya ngga punya, kecuali cukup besar hati merelakan sebagian besar pendapatan saya untuk memilikinya, yang mana nantinya penghasilan saya jadi nggak cukup lagi. Pernikahan? Uhuk, saya single. (Ceritanya nanti ya di post lain, saat ini saya masih meraba untuk merasa,...) 

Perjalanan menuju umur ini penuh dengan eksplorasi terhadap diri sendiri. Banyak emosi. Sedih, tawa, kesal, bahagia, gemes-gemes geregetan, excited, dan banyak lagi. Saya menemui banyak orang-orang baru, rasa, cara hidup, pola pikir, sudut pandang, dan semua yang juga baru. Saya mensyukuri setiap detiknya, berterima kasih kepada orang-orang yang rela membagi waktunya dan membiarkan hidupnya menyentuh hidup saya. 

Saya masih akan mengemban umur ini setahun lagi, dan saya harap di depannya saya akan menemukan kedewasaan, kematangan, juga masa depan. Saya harap orang-orang yang ada di depan nanti menyambut saya dengan tangan terbuka dan mengajarkan saya lebih banyak lagi, membukakan mata saya lebih lebar lagi, dan menghangatkan hati saya lebih-lebih lagi. 




Wednesday, February 29, 2012

Indra's Last Day

Meet Indra. Or as I called him, Acut.

Today is his last day at the office. I brought him there so yea, i feel kinda sad when he leaves. He's a good friend at everything. At work, and yes, at life. There's so many stories told, questions answered, and laugh shared as the smokes of the cigarettes flew away between us.

And it's not just me and him, we are part of this team :

Meet Septa, Acut, Mamang, Jay, and Ejie (L 2 R)

This is the best editor team I've experienced so far. Jay and Ejie are part of my growth as an editor, we've learn together back then at O Channel. Now we meet again at ESA TV and still learn together, with the rest of the team of course. 

So, this team is incredible. This team is my friends. But this is an office and people eventually leaves. For so many reasons : bigger income, new experience,  or because the office itself. I myself, too.



I got proposed. By another company. It's the place i did some sidejobs. They always did a great work and back then I always a little proud to be the part of the team even it was a freelance job. They asked me to move there. They explained my duty and responsibilities. And it seems challenging. Note challenging, it may be the trigger to move or not.

I, eventually will move. And the other's too. Who knows maybe three months from now someone got an offer and decide to leave us. No, 'us' is not the right word. Leave the office. We can always arrange to meet up somewhere, but of course it'll be different. You've already get to see them every weekday. You've already get to eat lunch together, smoke or joke around.

But what else can we do anyway beside keep being friends outta the office?

G'bye Acut. You'll be missed!

Sunday, February 26, 2012

THINGS I'D LOVE TO DO

1. Work abroad.


2. Have an overnight trip with some friends and laugh till my stomach hurts all day.


3. Buy my desire stuffs with my own money.


4. Go on random vacation with random people. 


5. Make some creation with my BF without him being stubborn about it.

(Google!)

Work for AideaCreative :



Wednesday, January 25, 2012

REEL 2011

                            



This is my summary showreel!! :)